JAKARTA, INDORAYA TODAY – Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia akan tetap berdiri tegak meskipun menghadapi tekanan ekonomi dari luar negeri, termasuk dari kebijakan tarif impor tinggi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat.
Hal tersebut disampaikannya saat peluncuran Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) di Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan, Rabu (23/4).
Dalam sambutannya, Prabowo menyatakan bahwa ia menghormati keputusan Presiden AS Donald Trump yang menetapkan tarif impor dasar sebesar 10 persen dan tarif resiprokal hingga 32 persen terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Namun, ia menekankan bahwa bangsa Indonesia tidak akan bergantung pada belas kasihan pihak manapun, dan justru akan menjadikan situasi ini sebagai momentum untuk memperkuat kemandirian nasional.
“Kita dihantam tarif berapa pun, kita akan berunding dan negosiasi. Kita hormati. Tetapi, kita percaya kepada kekuatan kita sendiri. Kalaupun mereka tidak membuka pasar mereka kepada kita, kita akan survive, kita akan tambah kuat, kita akan berdiri di atas kaki kita sendiri,” ujar Prabowo.
Prabowo menegaskan bahwa bangsa Indonesia tidak akan pernah menyerah, tidak akan berlutut, dan tidak akan meminta-minta atau mengemis kepada bangsa lain. Ia menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara besar dan kaya sumber daya, dan sudah saatnya berdikari dalam semua sektor, khususnya dalam bidang pangan.
Pernyataan tegas ini muncul di tengah situasi negosiasi dagang yang tengah berlangsung antara Indonesia dan Amerika Serikat. Pemerintah AS sebelumnya menetapkan moratorium selama 90 hari terhadap pengenaan tarif resiprokal bagi beberapa negara, termasuk Indonesia.
Dalam rentang waktu tersebut, kedua negara sepakat untuk melakukan perundingan secara intensif. Negosiasi ini dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, yang bertemu dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dan Kepala Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) Jamieson Greer di Washington D.C.
Dalam pembicaraan tersebut, pemerintah Indonesia menyampaikan sejumlah tawaran strategis kepada AS, termasuk rencana pembelian LPG, gasoline, minyak mentah, serta produk agrikultur seperti gandum, kacang kedelai, dan susu kedelai. Pemerintah Indonesia juga menyatakan akan meningkatkan pembelian barang-barang modal dari Amerika Serikat.
Airlangga menuturkan bahwa kesepakatan awal dengan AS mencakup waktu negosiasi selama 60 hari sejak 20 April 2025. Selama periode ini, berbagai isu penting dibahas, seperti perizinan impor, perdagangan digital, bea atas transmisi elektronik, pemeriksaan pra-pengapalan, kewajiban surveyor, serta tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk sektor industri.
Tinggalkan Balasan