INDORAYATODAY.COM – Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO), Hasan Nasbi, menyatakan bahwa peringatan Presiden Prabowo Subianto tentang ancaman perang yang pernah disampaikan saat Pilpres 2019 kini terbukti benar.
Hal itu ia sampaikan usai diskusi Gerakan Milenial Pencinta Tanah Air (GEMPITA) bertajuk “Ada Apa dengan Prabowo?” di Jakarta, Sabtu, 10 Mei 2025.
“Ketika debat, Prabowo bilang kita sebagai sebuah bangsa selalu harus siap dan waspada karena perang bisa terjadi kapan saja. Tapi para ahli bilang 20 tahun ke depan enggak akan ada perang,” kata Hasan.
Menurutnya, pernyataan Prabowo kala itu sempat dianggap berlebihan dan bahkan ditanggapi dengan tawa. Namun, konflik global yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa kekhawatiran tersebut berdasar.
“Tahun 2019 itu saya bukan ahli, tapi mungkin saya itu naif waktu itu, yang tidak percaya bahwa dunia itu akan berperang. 2019 Pak Prabowo masih bicara seperti itu, 2022 Rusia perang dengan Ukraina. Sampai hari ini belum selesai,” imbuhnya.
Hasan menambahkan, eskalasi konflik terbaru antara India dan Pakistan menjadi bukti bahwa ancaman perang kini nyata dan semakin dekat. Pada 7 Mei 2025, India meluncurkan serangan rudal ke sejumlah wilayah di Pakistan dan Kashmir yang dikuasai Pakistan, menyusul serangan berdarah di Lembah Baisaran, Pahalgam pada 22 April 2025 yang menewaskan 26 orang.
India menuding Pakistan berada di balik kelompok bersenjata pelaku serangan, termasuk The Resistance Front (TRF), yang diklaim mendapatkan perlindungan dari Pakistan. Sementara itu, Pakistan membantah tuduhan tersebut dan menyerukan penyelidikan yang transparan dan tidak memihak.
Perdana Menteri India, Narendra Modi, menyatakan negaranya akan mengejar para pelaku hingga ke mana pun. Meski India telah membalas lewat serangan rudal, pasukan mereka masih terus menyisir hutan-hutan Kashmir untuk mencari pelaku.
Situasi yang memanas ini, menurut Hasan, seharusnya menjadi pengingat bahwa kesiapsiagaan terhadap ancaman perang bukanlah hal yang berlebihan, melainkan kebutuhan strategis yang harus diprioritaskan.
Tinggalkan Balasan