DEPOK, INDORAYA TODAY – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok mengungkapkan angka perokok aktif di kalangan pelajar SMP dan SMA tergolong tinggi. Berdasarkan survei terhadap 5.000 pelajar, sebanyak 11,7 persen di antaranya merupakan perokok aktif.

Lebih mengkhawatirkan, 20 persen dari kelompok pelajar perokok itu tercatat mengonsumsi lebih dari 12 batang rokok setiap harinya. Angka ini jauh melampaui rata-rata nasional yang berada di kisaran 7,4 persen.

“Dari survei terhadap lima ribu pelajar SMP dan SMA di Depok, 11,7 persen adalah perokok aktif. Bahkan 20 persen di antaranya merokok lebih dari 12 batang per hari. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata nasional, yaitu 7,4 persen,” ujar Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Depok, Zakiah, dilansir dari situs resmi Pemkot Depok, Rabu (21/5/2025).

Melihat data tersebut, Dinkes Depok bersama sejumlah pihak menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke tujuh Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Kecamatan Cilodong. Kegiatan ini melibatkan unsur Puskesmas, Kecamatan, Kelurahan, Satpol PP, dan para kader kesehatan.

Salah satu fokus pengawasan adalah toko-toko ritel yang berada di lingkungan perumahan. Dinkes menemukan banyak warung yang masih memajang iklan rokok, meski hal tersebut dilarang dalam Peraturan Daerah tentang KTR.

“Kami temukan banyak warung yang masih menempel spanduk atau stiker iklan rokok. Bahkan ada yang diberi kompensasi uang atau rokok oleh industri rokok jika bersedia memasang iklan,” jelas Zakiah.

Menurutnya, kemudahan akses terhadap rokok di warung sekitar tempat tinggal menjadi faktor utama tingginya angka perokok di kalangan pelajar.

“Bukan di sekolah, tapi justru warung dekat rumah yang paling mudah diakses anak-anak untuk beli rokok,” katanya.

Zakiah menegaskan bahwa Dinkes tidak melarang penjualan rokok secara umum, tetapi mengatur agar tidak dijual kepada anak di bawah usia 18 tahun, serta melarang segala bentuk iklan, promosi, dan sponsor produk rokok.

BACA JUGA:  Binton Nadapdap Dorong Perumahan Baru di Depok Wajib Tanam Satu Pohon per Rumah

“Kami ingin edukasi. Bukan melarang jual rokok, tapi jangan ke anak-anak dan jangan ada iklan. Harapannya, lingkungan lebih sehat dan anak-anak tidak mudah tergoda merokok,” pungkasnya.