INDORAYATODAY.COM – Presiden RI Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Malaysia Dato’ Seri Anwar Ibrahim menyatakan komitmennya untuk menyelesaikan persoalan perbatasan antara kedua negara secara damai dan saling menguntungkan.

Salah satu topik utama yang dibahas dalam pertemuan mereka di Istana Merdeka adalah sengketa perairan di Blok Ambalat, yang selama ini menjadi sumber ketegangan antara Indonesia dan Malaysia.

Presiden Prabowo menegaskan pentingnya mencari solusi atas sengketa perbatasan yang masih berlangsung.

Ia menekankan bahwa penyelesaian teknis memang memerlukan waktu, namun kedua pihak telah sepakat untuk tetap mencari jalan keluar yang memberikan manfaat bagi kedua negara.

“Masalah perbatasan memang membutuhkan waktu untuk diselesaikan secara teknis, tetapi pada prinsipnya kita sepakat untuk mencari penyelesaian yang saling menguntungkan,” kata Prabowo.

Lebih lanjut, Prabowo menyebut Blok Ambalat sebagai contoh konkrit dari pendekatan baru yang diambil kedua negara.

Ia menjelaskan bahwa Indonesia dan Malaysia telah sepakat untuk memulai kerja sama ekonomi melalui skema joint development sambil terus menyelesaikan aspek hukum yang masih menjadi perdebatan.

“Dalam kasus Ambalat, kita sepakat untuk mulai dengan kerja sama ekonomi. Apa pun yang ditemukan di kawasan laut tersebut akan dieksploitasi bersama. Ini demi kepentingan bangsa dan rakyat masing-masing,” ujar Prabowo.

Perdana Menteri Anwar Ibrahim menyambut baik kesepakatan tersebut. Ia menilai pendekatan joint development menjadi solusi realistis ketika pembahasan hukum menghadapi jalan buntu.

“Kalau masih ada kebuntuan dari segi hukum dan peraturan, maka tidak ada hambatan untuk mempercepat kerja sama ekonomi, termasuk membentuk otoritas pengembangan bersama di kawasan Ambalat,” kata Anwar.

“Sebab jika menunggu hingga sengketa sepenuhnya selesai, bisa-bisa memakan waktu dua dekade lagi,” ujarnya menambah.

BACA JUGA:  Sudah 35 Tahun di Malaysia, WNI Ini Menangis Bahagia Bertemu Prabowo

Langkah ini menjadi sinyal positif bagi hubungan bilateral Indonesia-Malaysia, khususnya dalam menyikapi isu perbatasan yang selama ini sensitif dan kompleks.[]