INDORAYATODAY.COM – Wakil Menteri Pertanian Sudaryono meminta agar inovasi dan teknologi diterapkan secara masif di sektor pertanian. Hal ini penting agar para petani mampu beradaptasi dengan perubahan iklim yang kian ekstrem.

Pernyataan tersebut disampaikan Sudaryono usai mengukuhkan Pengurus Pusat Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia (Perhimpi) di Jakarta, Kamis (21/8).

“Perhimpunan ini sudah berdiri 45 tahun, dan ini membuktikan bahwa pertanian sangat erat kaitannya dengan cuaca dan iklim,” ujar Wamentan yang akrab disapa Mas Dar itu.

Menurutnya, di samping ketersediaan benih unggul dan pupuk, penerapan teknologi, termasuk rekayasa cuaca menjadi kunci utama untuk mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan nasional.

“Rekayasa cuaca itu penting, karena cuaca berkaitan dengan ketersediaan air, hama, penyakit, bahkan jamur,” kata Mas Dar.

Ia juga menekankan bahwa semua inovasi harus terus dikembangkan dan diterapkan agar sektor pertanian nasional mampu bersaing secara global.

“Demi bisa memberi makan rakyat kita, semua inovasi, kreativitas, dan teknologi harus diterapkan dan bisa memberi manfaat besar bagi petani,” tegasnya.

Mas Dar juga menyoroti pentingnya digitalisasi ilmu meteorologi pertanian. Ia berharap pengetahuan ini dapat diakses secara luas oleh seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya kalangan tertentu.

“Ilmu meteorologi ini harus bisa diakses petani dan pelaku sektor pertanian lainnya,” tambahnya.

Ia menjelaskan, berbagai disiplin ilmu seperti meteorologi, ilmu tanah, dan benih jika disinergikan akan menghasilkan produktivitas yang melimpah dan kesejahteraan petani.

“Kalau semua faktor (X) ini diramu, hasilnya (Y) adalah peningkatan produktivitas pangan dan kesejahteraan petani,” jelasnya.

Mas Dar pun menekankan perlunya prediksi cuaca berbasis data yang bisa dimanfaatkan langsung oleh petani. “Petani harus benar-benar tahu apa yang akan terjadi ke depannya saat mereka menanam. Dengan teknologi saat ini, itu bukan hal yang mustahil,” imbuhnya.

BACA JUGA:  Pemkab Bogor Kolaborasi Normalisasi Sungai Cileungsi-Cikeas

Di tempat yang sama, Ketua Umum Perhimpi periode 2024–2029, Fadjry Djufry, menyatakan kesiapannya untuk mendukung program pemerintah, khususnya Asta Cita, terkait ketahanan pangan.

“Arahan Pak Wamen berharap Perhimpi bisa bersama pemerintah dan perguruan tinggi mewujudkan Asta Cita, menyiapkan pangan untuk Indonesia,” ujar Fadjry.

Ia menambahkan, Perhimpi siap menindaklanjuti tantangan dari Wamentan, termasuk mengembangkan sistem berbasis data cerdas (intelligent system) untuk membantu petani membuat keputusan yang lebih presisi.

“Beliau kan ingin ada sistem intelligent yang bisa memandu petani, seperti kondisi lapangan, harga pangan, dan kebutuhan pupuk. Ini sangat memerlukan time series data yang panjang,” pungkasnya.