INDORAYATODAY.COM – Aksi protes besar-besaran di Filipina yang mengecam dugaan korupsi proyek pengendalian banjir fiktif berubah ricuh pada Minggu (21/9).

Ribuan warga turun ke jalan ibu kota Manila, dan beberapa di antaranya terlihat mengibarkan bendera bajak laut anime populer, One Piece.

Awalnya, demonstrasi yang dihadiri sekitar 50.000 orang di sebuah taman kota berlangsung damai. Namun, situasi memanas ketika massa bergerak menuju kawasan bersejarah EDSA.

Kerusuhan pecah di dekat Istana Malacanang ketika sekelompok demonstran bertopeng melempari aparat keamanan dengan batu. Polisi antihuru-hara membalas dengan tembakan meriam air untuk membubarkan massa.

Aksi ini dihadiri berbagai kalangan, mulai dari politisi oposisi, aktivis, hingga tokoh agama. Banyak peserta yang mengaku jarang berdemonstrasi, namun merasa sudah saatnya bertindak.

“Kondisinya sudah terlalu parah, saya merasa harus mengatakan cukup sudah,” ujar Mitzi Bajet, seorang pengunjuk rasa berusia 30 tahun.

Ketua aliansi kiri Bagong Alyansang Makabayan, Teddy Casino, menegaskan tuntutan mereka tidak hanya pengembalian dana, tetapi juga hukuman penjara bagi pejabat yang terlibat.

Skandal proyek fiktif ini mengguncang politik Filipina setelah seorang pemilik perusahaan konstruksi menuduh hampir 30 anggota DPR menerima suap.

Akibatnya, pimpinan kedua kamar parlemen, termasuk Ketua DPR Martin Romualdez, mengundurkan diri.

Manuel Dela Cerna, seorang demonstran berusia 58 tahun, mengungkapkan kekecewaannya.

“Rakyat menderita karena rumah mereka hanyut oleh banjir, sementara pejabat hidup mewah dengan jet pribadi dan rumah megah,” katanya.

Menurut Kementerian Keuangan, kerugian akibat kasus ini mencapai sekitar 118,5 miliar peso. Namun, organisasi seperti Greenpeace memperkirakan angka sebenarnya jauh lebih besar, bahkan mendekati US$18 miliar.

BACA JUGA:  Taiwan Belajar dari Depok, Posyandu Nusa Indah Jadi Rujukan Pemberdayaan Lansia