INDORAYATODAY.COM – Wakil Wali Kota (Wawali) Bogor, Jenal Mutaqin, menyoroti tingginya kasus Tuberkulosis (TBC) pada anak di Kota Bogor yang mencapai 1.600 kasus sepanjang tahun 2025.
Jenal menegaskan, penanganan penyakit menular ini tidak hanya menjadi tugas pemerintah pusat, melainkan harus melibatkan kolaborasi lintas sektor hingga menyentuh level Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), dan kelurahan.
Pernyataan tersebut disampaikan Jenal saat menghadiri Review Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Tuberkulosis (TBC) Kota Bogor yang digelar Dinas Kesehatan (Dinkes) di Balai Kota Bogor, Selasa (18/11/2025).
Jenal Mutaqin mengapresiasi komitmen Dinkes Kota Bogor dalam mewujudkan program Bogor Sehat, yang menurutnya adalah investasi masa depan.
“Ini bukan sekadar turunan regulasi Perpres 67 Tahun 2021, tapi komitmen Pemkot Bogor agar masyarakat terhindar dari TBC. Angka kasus TBC pada anak yang mencapai 1.600 ini harus ditekan. Informasi dini harus cepat tersampaikan ke dinas, dan pengobatan harus tuntas,” ujar Jenal.
Ia menekankan bahwa aspek penanganan TBC tidak hanya sebatas medis, tetapi juga harus mencakup pendampingan psikologis. Jenal menceritakan pengalamannya saat mengunjungi warga penderita TBC.
“Sebulan lalu saya ke Sukasari menemui warga yang mengeluh TBC, dan ternyata bukan hanya aspek medis, namun psikologisnya juga terganggu. Baru berobat sekali, istri dan anaknya pergi karena takut tertular,” ungkapnya.
Untuk itu, Wawali Jenal meminta tim percepatan penanganan TBC berjalan maksimal dan memastikan adanya pendampingan psikologis bagi penderita. “Tim percepatan TBC harus berjalan maksimal sesuai ikhtiar kita. Dedie-Jenal ingin masyarakat Bogor sehat. Hari ini pun kami menyediakan cek kesehatan gratis,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno, menjelaskan bahwa penyusunan RAD TBC 2025–2029 merupakan dukungan Pemkot Bogor terhadap program nasional eliminasi TBC dan akan menjadi acuan pelaksanaan program percepatan di daerah.
“Kegiatan ini untuk meningkatkan partisipasi melalui kolaborasi pentahelix, mulai dari akademisi hingga mitra pembangunan. Selain itu, tim percepatan TBC telah ditetapkan melalui Keputusan Wali Kota Bogor sebagai wujud penguatan lintas sektor,” ujar Retno.
Retno juga mengungkapkan bahwa Dinkes siap bekerja sama dengan psikolog untuk membantu pemulihan mental penderita TBC, menanggapi arahan dari Wakil Wali Kota.
“Kami akan bekerja sama dengan psikolog untuk membantu pemulihan mental penderita TBC, sesuai arahan Pak Wakil Wali Kota,” tegasnya.
Lebih lanjut, Retno memaparkan bahwa target deteksi TBC di Kota Bogor adalah 8.500 kasus, namun temuan sudah mencapai lebih dari 11 ribu kasus. Meski target terlampaui, Dinkes tetap melanjutkan upaya percepatan penemuan kasus sebagai bagian dari strategi eliminasi.
“Penderita akan kami dampingi hingga tuntas. Kami melakukan pemetaan by name by address. Kami juga memiliki RW Siaga dan sedang membentuk Kelurahan Siaga TBC,” pungkasnya, sembari menambahkan bahwa kontak erat penderita akan diperiksa, dan jika negatif tetap diberikan terapi pencegahan.

Tinggalkan Balasan