DEPOK, INDORAYA TODAY – Kisah ini bermula dari sebuah rumah sederhana di sudut Kelurahan Cimpaeun, Kecamatan Tapos, Kota Depok. Di sana, Kang Asep, seorang tunanetra, menghabiskan hari-harinya, berjuang merawat sang ibunda tercinta, Salmah, yang kini telah berusia 80 tahun. Dinding rumah yang retak parah, atap yang rutin bocor setiap hujan datang, dan rasa was-was akan robohnya bangunan menjadi pemandangan sehari-hari yang harus dihadapi.
Namun, air mata kesabaran dan bakti seorang anak nyatanya tak pernah sia-sia. Sebuah keajaiban, bak potongan adegan dalam sinetron, datang menghampiri keluarga ini.
“Alhamdulillah, rumah sekarang sudah ada yang membangun. Tinggalnya lebih enak, tidak seperti dulu yang setiap hujan bocor, takut roboh,” ujar Kang Asep dengan suara bergetar, Jumat (28/11/2025).
Hidup Kang Asep, Ibu Salmah, satu adik kandung, dan satu adik angkat yang tinggal di rumah kecil itu sungguh jauh dari kata nyaman. Untuk menyambung hidup, Kang Asep harus memutar otak. Ia mengandalkan kiriman bulanan dari adiknya sebesar Rp 300 ribu, adiknya yang lain Rp 100 ribu, bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) yang cair tiga bulan sekali, hingga penghasilan tak menentu dari jasa memijat tetangga. Tak jarang, ia harus meminjam uang kepada teman hanya untuk memenuhi kebutuhan makan dan obat-obatan ibunya.
Setiap tetesan air hujan adalah ujian mental. Setiap hembusan angin kencang adalah ancaman nyata bagi keselamatan sang ibunda yang sudah sepuh.
Di balik senyum lega Kang Asep, tersembunyi cerita panjang tentang ketabahan yang luar biasa. Ia tak pernah mengeluh berat, meski kadang hanya mengandalkan jasa memijat tetangga untuk tambah-tambah belanja dapur.
Puncak dari bakti dan kesabaran Kang Asep akhirnya berbuah manis. Rumah yang dahulu tak nyaman untuk ditinggali itu kini sedang direnovasi total melalui program bedah rumah. Bantuan datang dari kolaborasi berbagai pihak: Pemerintah Kota Depok, Baznas Kota Depok, serta donatur White Premiere House.
Kini, setidaknya beban finansial mereka berkurang. Bantuan beras rutin sudah datang tiap bulan, atap tak lagi menetes, dan dinding tak lagi membuat mereka was-was. “Sudah membaik,” katanya singkat.
Ketika ditanya apa yang ia rasakan setelah semua bantuan ini, Kang Asep hanya bisa tersenyum tipis, penuh haru. “Senang, sedih juga,” ucapnya.
Senang, karena akhirnya ada tempat berteduh yang layak untuk ibunya. Sedih, karena baru di usia Ibu Salmah yang sudah 80 tahun, mereka bisa merasakan kehangatan rumah yang sesungguhnya, bebas dari rasa takut akan kebocoran dan roboh.
Hari ini, rumah di Cimpaeun, Tapos, Depok, itu bukan lagi sekadar bangunan reot. Ia telah menjadi simbol kuat bahwa bakti seorang anak kepada orang tua akan selalu dibalas oleh semesta.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada semuanya, kepada Pemerintah Kota Depok, White House Premiere, Baznas Depok. Semoga berkah dan panjang umur,” ucap Kang Asep, menutup kisahnya yang penuh air mata dan harapan.

Tinggalkan Balasan