DEPOK, INDORAYA TODAY – Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) memastikan pembangunan total Jembatan Bulak Barat-Pasir Putih akan tetap direalisasikan. Proyek revitalisasi jembatan penghubung dua wilayah tersebut dijadwalkan mulai dikerjakan pada tahun 2027, setelah Pemerintah Kota Depok merampungkan penanganan prioritas persoalan sampah di TPA Cipayung.
Kepala DPUPR Kota Depok, Citra Indah Yulianty, menjelaskan bahwa penjadwalan ulang pembangunan fisik jembatan merupakan instruksi langsung Wali Kota Depok. Pemkot ingin mengarahkan fokus utama pada penyelesaian masalah sampah yang dinilai mendesak dan membutuhkan alokasi anggaran besar pada 2026.
“Sudah mengusulkan pembangunannya. Tapi konsen untuk tahun 2026 itu menyelesaikan permasalahan sampah dulu di TPA Cipayung,” ujar Citra saat meninjau percepatan penanganan sampah dan banjir di area Jembatan Bulak Barat, Senin (1/12/2025).
Citra menjelaskan, pada tahun anggaran 2026, Pemerintah Kota Depok mengalokasikan anggaran khusus di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) untuk pembangunan fasilitas Refuse Derived Fuel (RDF) sebagai upaya mengurangi tumpukan sampah yang selama ini memengaruhi lingkungan sekitar.
“Jadi ada anggaran khusus di DLHK menyelesaikan permasalahan sampah dulu. Baru nanti pelaksanaan fisiknya tahun 2027,” jelasnya.
Menurut Citra, jembatan yang melintasi Kali Pesanggrahan tersebut perlu dibangun ulang karena area sekitarnya kerap terdampak longsoran sampah dari TPA Cipayung yang mengalami overload. Ia menegaskan bahwa kerusakan struktur jembatan bukan disebabkan penurunan tanah atau tingginya muka air sungai.
“Bukan air naik atau penurunan permukaan tanah. Karena sampahnya itu yang longsor. Sampahnya itu longsor,” tegasnya.
DPUPR memastikan revitalisasi dilakukan secara menyeluruh, mulai dari pembongkaran hingga penataan ulang struktur jembatan.
“Ya, dibangun total. Kita tuntaskan dulu persoalan sampah agar yang longsor ke Kali Pesanggrahan bisa berkurang. Setelah itu, di 2027 kita mulai pelaksanaan kegiatan fisik Jembatan Bulak Barat,” ungkap Citra.
Meski fisik jembatan baru dikerjakan dua tahun lagi, Citra menegaskan bahwa dokumen perencanaan teknis telah rampung. Detail Engineering Design (DED) hanya perlu penyesuaian harga sesuai kenaikan eskalasi tahunan.
“Kalau DED-nya sudah kita buat, paling nanti tinggal penyesuaian harga. DED-nya sudah ada, tinggal anggarannya saja,” ujarnya.
Ia menambahkan, pembangunan jembatan tidak akan efektif jika dilakukan sebelum masalah sampah selesai, karena risiko longsoran masih tinggi.
“Fokus saat ini penyelesaian sampah dulu. Kalau kita bangun tapi sampahnya tidak selesai, tetap akan longsor juga,” pungkas Citra.

Tinggalkan Balasan