DEPOK, INDORAYA TODAY – Muhammad Rizki (19) sudah sebulan terakhir memulai harinya sebelum matahari meninggi. Pukul 05.30 WIB, ia sudah membuka gerobak sederhananya di depan Rumah Sakit A Rafiq, Jalan H. Nadih, Kelurahan Bakti Jaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok.

Di gerobak itu, ia menjajakan aneka kue basah khas Betawi, seperti kue cubit, kue ape, dan kue pancong. Kue-kue yang dibuatnya sendiri setiap pagi ini harus ludes setelah Ashar, sekitar pukul 15.30 WIB, atau ia harus menanggung kerugian.

“Tutupnya sekitaran Ashar, jam setengah empat-an,” ujar Rizki kepada Indoraya Today di lapaknya, Kamis (30/10/2025).

Kecemasan Rizki bukan tanpa alasan. Tantangan terbesar dalam bisnis kue basah yang mengandalkan bahan kelapa dan santan ini adalah daya tahannya. Kue-kue itu sangat cepat basi.

“Enggak kuat sampai sore. Cepat basi, soalnya kelapa kan. Dan dia enggak pakai santan juga (untuk pancong, tapi cepat basi karena bahan lain),” jelasnya.

Menurut Rizki, kue buatannya hanya kuat bertahan sehari. Ia tidak bisa menyimpannya untuk dijual keesokan hari. Oleh karena itu, seberapa pun banyak kue yang ia produksi di pagi hari, semuanya harus terjual habis sebelum lapaknya tutup.

Kendati demikian, Rizki bersyukur karena kue pancong yang ia jual cukup diminati. “Untuk yang paling laku di sini itu pancongnya,” jelasnya.

Selain cepat basi, cuaca juga menjadi musuh bebuyutan. Hujan lebat kerap membuat kue-kue di gerobaknya cepat dingin dan “lepet” (tekstur menjadi kurang baik), yang secara otomatis mengurangi minat pembeli.

“Kalau hujan sih emang ngaruh. Kue itu jadi cepat dingin. Kue-nya udah lepet. Dan kue-nya cuma kuat sehari aja, enggak kuat sampai 2 hari,” kata Rizki, yang berharap setiap hari dagangannya selalu laris manis agar tidak ada kue yang terbuang percuma. (Akmal/Raitaqin)

BACA JUGA:  Koperasi Kelurahan Merah Putih di Depok Berpelung Tambah Modal Hingga Rp 3 Miliar