INDORAYATODAY.COM — Kehadiran Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto sebagai tamu kehormatan dalam parade militer Bastille Day di Champs-Élysées, Paris, Senin (14/7), menjadi sorotan utama. Momen bersejarah ini menandai semakin eratnya hubungan diplomasi Indonesia dengan dunia internasional.

Akademisi dan Pengamat Hukum Internasional Universitas Indonesia, Prof Hikmahanto Juwana, menilai lawatan Presiden Prabowo ke sejumlah negara baru-baru ini telah secara signifikan meningkatkan pamor Indonesia di mata internasional. Hal ini membuka peluang lebih besar bagi Indonesia untuk dikenal luas di kancah global.

“Dunia semakin mengenal Indonesia. Ketika beliau (Presiden Prabowo) bertemu para pemimpin dunia, ada interaksi formal dan informal yang menunjukkan kemesraan hubungan,” ujar Prof Hikmahanto, dilansir dari Radio Idola Semarang, Kamis (17/7) pagi.

Diplomasi yang Harus Ditindaklanjuti
Dalam konteks diplomasi antarnegara, Prof Hikmahanto Juwana menekankan pentingnya penguatan diplomasi seiring dengan kedekatan Presiden Prabowo dengan sejumlah negara. Menurutnya, ini menjadi tanggung jawab kolektif para kepala perwakilan Indonesia, diplomat, dan duta besar di negara-negara terkait, untuk berkoordinasi dengan para menteri di dalam negeri.

“Kepala perwakilan harus melihat potensi-potensi apa yang bisa memberikan kesejahteraan rakyat,” tegas Prof Gihik, sapaan akrab Prof Hikmahanto Juwana.

Prof Gihik menambahkan, upaya Presiden membawa Indonesia ke kancah dunia dan membangun hubungan akrab dengan kepala pemerintahan negara lain tidak akan berarti tanpa tindak lanjut konkret.

“Saya selalu katakan bahwa para kepala perwakilan, staf, dan juga para menteri, harus benar-benar mencermati apa yang diinginkan oleh Bapak Presiden. Terjemahkan itu, dan kemudian monetize — kalau bahasa sekarang. Kalau cuma muncul di Instagram atau TikTok tapi tidak bisa diduitkan, buat apa! Jadi harus dimonetisasi! Harus dipikirkan keuntungannya apa? Dan keuntungan bagi kedua negara, khususnya keuntungan bagi Indonesia,” tandas Prof Gihik.

BACA JUGA:  Cing Ikah Hadiri Perayaan Hari Anak di Sukmajaya, Apresiasi Ruang Ekspresi untuk Anak-anak

Capaian Penting dari Lawatan Presiden
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto telah menuntaskan lawatan kerja selama enam belas hari ke sejumlah negara di kawasan Timur Tengah, Amerika Latin, hingga Eropa. Serangkaian kunjungan ini menghasilkan sejumlah capaian penting yang memperkuat posisi strategis Indonesia di panggung global.

Salah satu terobosan penting adalah tercapainya kesepakatan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Indonesia dan Uni Eropa di Brussels, Belgia. Negosiasi yang berlangsung selama 10 tahun dan sembilan belas putaran ini akhirnya tuntas.

Dengan kesepakatan CEPA, tarif ekspor Indonesia ke Uni Eropa kini menjadi nol persen, dari sebelumnya berkisar antara 10 hingga 20 persen. Kesepakatan ini diharapkan dapat mendorong investasi, industri, dan perekonomian Indonesia. Selain itu, dengan populasi mencapai 700 juta jiwa, CEPA juga membuka akses pasar Eropa yang lebih luas bagi produk-produk Indonesia.

Tidak hanya itu, Uni Eropa juga memberikan kemudahan lain bagi warga negara Indonesia yang berkunjung ke negara-negara anggota Uni Eropa. Sejak 13 Juli 2025, warga Indonesia yang mengunjungi Eropa untuk kedua kalinya berhak mendapatkan visa Schengen jenis multi-entry. Kebijakan ini memungkinkan pemegang visa untuk keluar masuk wilayah Uni Eropa berkali-kali selama masa berlaku visa.

Sementara itu di Prancis, Indonesia mencetak sejarah baru sebagai tamu kehormatan dalam Parade Militer Bastille Day 2025. Undangan khusus dari Presiden Prancis Emmanuel Macron kepada pemimpin negara, yang jarang terjadi setiap tahunnya, menunjukkan tingginya kepercayaan Prancis terhadap Indonesia.