INDORAYATODAY.COM – Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menegaskan bahwa penulisan sejarah nasional Indonesia harus dilakukan oleh sejarawan yang benar-benar memiliki kompetensi di bidangnya.

Pernyataan ini disampaikannya dalam Diskusi Publik Draf Penulisan Buku Sejarah Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Depok, Jumat (25/7).

“Kami tidak bisa sembarangan menyerahkan penulisan ulang sejarah nasional Indonesia kepada yang bukan ahlinya,” ujar Fadli Zon.

Ia menjelaskan bahwa buku sejarah yang sedang disusun ini, meskipun tidak bisa menampung seluruh detail sejarah yang mungkin membutuhkan hingga 100 jilid, akan disajikan dalam 10 jilid yang berisi “highlight” penting.

Kolaborasi dan Progres Penulisan
Untuk proyek besar ini, Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) menggandeng 112 sejarawan dari 34 perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

Fadli Zon menyebutkan bahwa proses penyelesaian draf penulisan sejarah ini sudah mencapai 80 hingga 90 persen tahap penyuntingan.

“Indonesia perlu menulis sejarah dari perspektif Indonesia, bukan dari kolonial. Saya harapkan penulisan sejarah ini menjadi relevan sebagai identitas bangsa Indonesia,” tegasnya.

Ia juga menyoroti adanya banyak temuan baru yang perlu diperbarui dalam penulisan sejarah, seperti lukisan purba yang baru ditemukan dengan usia mencapai 51.200 tahun berdasarkan penelitian tahun 2003.

Transparansi dan Manfaat
Fadli Zon memastikan bahwa tidak ada yang ditutup-tutupi dalam penulisan ulang sejarah nasional Indonesia. Sebaliknya, proses ini sangat terbuka untuk diperdebatkan.

Mengingat sejarah Indonesia terakhir kali ditulis 26 tahun lalu, pembaharuan ini dinilai sangat penting. “Saya harap buku hasil penulisan ulang sejarah nasional ini dapat meningkatkan kesadaran sejarah bagi generasi-generasi muda,” pungkasnya.

BACA JUGA:  Film Merah Putih: One For All Banjir Kritikan, Pemerintah Bilang Begini